Minggu, 26 Juni 2016

   INSPIRASI HIDUP

 

 

 KARYA : caworr97@gmail.com

 

                     DERITA ANAK YANG TAK DIANGGAP

Aku lahir disebuah keluarga yang kaya, dengan latar belakang ayah seorang pengusaha dan ibu adalah seorang desainer terkemuka. Aku adalah anak pertama didalam keluarga ini, namaku Cindy, aku memiliki sedikit cacat fisik pada tubuhku yang membuat aku terlihat jelek, mungkin inilah sebabnya ayah dan ibu tidak pernah mempedulikan aku. aku memiliki seorang kembaran yang juga sangat cantik, dan mungkin dia adalah Primadona di kampusnya, dia juga pintar dan energik semua orang menyukainya, ayah dan ibu begitu menyayanginya. Tapi aku? Aku tak pernah dianggap ada di rumah ini, jika pun ada mungkin aku hanya di anggap sebagai pajangan saja bagi mereka. “Echa, sini sayang” kudengar mama memanggil echa kembaranku di ruang bawah. “eaaa maa” jawab echa. “sayang mama sudah buat desain baju terbaru lohh, nah keluaran pertamanya buat kamu” ucap mama. “haaaahh yang bener ma? Waa cantik banget ma, pas banget buat aku . Apalagi ini keluaran terbaru, pasti teman teman aku pada iri sama aku” echa terlihat bahagia.

Aku tak pernah dibelikan apalagi di desain baju oleh mama  bahkan aku tak pernah melihat mama tersenyum padaku, mama hanya menyuruh pembantu yang membeli baju untuk ku di pasar pasar murah. Tapi setidaknya aku tak pernah membenci mereka. Hari ini adalah hari kepulangan ayah dari singapur, sudah seminggu lamanya ayah disana, aku benar benar rindu padanya. Ketika kudengar suara klakson mobil di depan rumah segera saja aku bukakan pintu buat ayah. “selamat datang ayah”ucapku sambil tersenyum. Segera saja senyuman ayah berubah menjadi kaku, mungkin ia tidak pernah berharap sepulang nya ia dari singapur dia disambut oleh aku, dengan tergesa-gesa ayah berlalu melewati ku tanpa menjawab salam ku. “ayahh aku rindu ayah, tapi mengapa ayah tak mau tersenyum pada ku  aku hanya ingin kalian menganggap aku anak” jeritku dalam hati.

Aku berusaha menyembunyikan kesedihan ku, aku mencoba menyusul ayah keruang tengah. Ternyata disana ibu dan echa serta ayah sedang bercanda dan tertawa bersama. Lalu ayah mengeluarkan beberapa hadiah dan cendera mata dari singapur dan memberikannya pada ibu dan echa, melihat aku yang berdiri di samping meja sambil melihat mereka echa terlihat marah “ngapain kamu disitu, sana..! balik ke kamar kamu. Dasar merusak pemandangan saja!”ucap echa. Kulayangkan pandangan ku pada ayah dan ibu berharab mereka berkata lain tetapi apa yang ku dapat? Yang kudapat hanyalah pandangan cuek dari mereka. Segera kulangkahkan kaki ku ke kamar ku.  Mengapa mereka tak pernah menganggap aku bagian dari keluarga ini ya tuhan? Apa karna wajahku yang buruk rupa ini? Lalu mengapa engkau membuat aku berbeda dari kembaranku sendiri? Jeritku dalam hati disela-sela tangisku.

Selama 19tahun aku menjadi anak mereka dan berusaha agar mereka mau menganggap aku anak maka selama itu juga mereka tak mau menganggapku. Aku selalu diperlakukan berbeda dengan echa, echa di sekolahkan sedangkan aku tidak, aku masih menerima itu tapi yang aku tak pernah terima yaitu Ayah dan ibu tak mau mengakui di rapor ku nanti jika aku ini anak mereka. Kenyataan tragis yang harus aku terima. Wajahku yang buruk ini telah menghancurkan semua harapanku, masa kecil yang indah hanya ku dapat dari mimpiku. Kasih sayang ayah bunda hanya kudapat dari khayalanku. Tapi walau bagaimana pun perlakuan mereka pada ku aku tetap sayang mereka.
*** 

Ketika bangun pagi aku sudah tak menemukan ayah dan ibu, pasti mereka sudah berangkat kerja. Kulihat echa keluar dari kamarnya menggunakan baju yang baru disesain ibu untuknya. Tanpa memperdulikan aku kakaknya ia pergi ke kampus tanpa pamit sedikit pun. Aku hanya bisa menghela nafas, aku tak lagi berharap untuk di perhatikan keluarga ku, toh bagi mereka aku bukan siapa-siapa atau lebih tepatnya aku bukanlah apa-apa dimata mereka. Seperti biasa aku melewati hari dengan menulis di buku harianku di taman belakang rumah, aku bisa membaca dan menulis karena diajarkan oleh mbok narti pembantu rumah tangga kami, aku masih bersyukur masih ada mbok narti yang mau mengerti dengan keadaanku. Semua tulisan tulisan ku dalam buku harian ini adalah keinginan ku untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang seorang ibu dan ayah. Aku hidup dalam keluarga tapi rasanya seperti hidup sebatang kara saja. Tak terasa aku melewati sepanjang hari ini ditaman dengan buku harian ku, aku sedang asyik menulis tiba-tiba echa merebut buku harianku. Aku tak menyangka dia pulang secepat ini, dengan cepat echa menelusuri tulisan ku, “heeeeeeh apa maksud loe? Tulisan jelek kayak gini di pelihara, dan satu loe gag bakal pernah dapet apa yang loe tulis dalam buku ini!” cerca echa lalu melemparkan buku tersebut ke wajahku. “mending lu urus tuh muka, dari pada mimpi hal-hal yang gag mungkin terjadi”ucapnya sambil berlalu pergi. Aku hanya terdiam, sehina inikah aku? Sampai keluarga ku sendiri jijik terhadap aku? Bahkan menyebut nama ku yang pemberian dari mereka pun tak pernah keluar dari bibir mereka. Tuhan derita apalagi yang harus aku jalani?.

*** 

 Malam ini adalah hari ulang tahun aku dan echa yang ke-20, echa terlihat bahagia berada diantara orang-orang yang menyayangi dia. Ayah bunda dan teman-temannya mengucapakan selamat ulang tahun padanya, memberikan dia hadiah, tertawa bersama dan mendoakan nya. Semua yang ia miliki adalah semua hal yang tak pernah aku dapatkan. kami memang ulang tahun pada malam ini tapi bukan ulangtahun kami yang dirayakan melainkan hanya ulang tahun echa. Sedangkan aku, hari kelahiranku ku tak pernah dirayakan meskipun kami adalah kembar tapi ayah dan ibu tak pernah mengakui aku kepada khalayak umum bahwa aku adalah anaknya, mungkin bagi mereka kelahiranku adalah mimpi buruk yang ingin segera mereka hapuskan. Aku dan mbok narti merayakan hari kelahiranku dalam kamarku , hanya mbok narti sajalah yang mengakui keberadaanku. Menyanyikan lagu happy birthday berdua sudah cukuplah bagiku. Aku merayakan ualng tahunku dalam kesendirian sedangkan adik kembarku echa merayakan ulangtahunnya dalam kesemarakan. Mbok narti memberikan aku kue yang diberi sebatang lilin diatasnya, “neng tiup lilinnya, tapi sebelumnya berdoa dulu”ujar mbok narti. Aku tersenyum pada wanita tua renta itu sebelum aku meniup lilin itu aku membuat suatu permohonan, jika di ulangtahunku yang sebelumnya aku memohon agar ayah,ibu,dan echa menerima aku dan aku bisa bercanda bersama mereka layaknya keluarga. Tetapi malam ini aku hanya memohon satu hal “tuhann, kali ini aku tak berharap banyak aku mohon biarlah aku bisa melihat mereka yang aku sayangi tersenyum padaku sekali saja.”ucapku dalam hati lalu kutiup lilin itu.

*** 

Pagi ini aku bangun kesiangan, tapi tak kan ada yang marah padaku karena tidak ada yang peduli padaku. Ketika aku melewati kamar echa kulihat dia juga keluar dari kamarnya, tapi aku melihat darah menetes dari hidungnya. “echa, kamu kenapa mimisan?”tanya ku. “ngapain loe urus urusan gue..!pergi sana”bentak echa pada ku. Sebagai seorang kakak, walau bagaimana pun aku tetap sayang dan peduli padanya ketika aku mencoba mendekatinya untuk melihat keadaannya, echa menjadi marah “sini biar kakak lihat”ucap ku. “apaan sihh..ahhh awas sana”teriak echa lalu mendorong pundak ku. Pada saat itu aku langsung kehilangan keseimbangan dan terjengkang kebelakang. Karena kamar kami berada di lantai dua, aku langsung terjatuh ketangga dan terguling-guling hingga kepala ku mendarat keras di lantai.

Melihat aku yang bersimbah darah karena kepala ku yang terluka, echa langsung panik dan berlari ke arah ku. “mbooook mbooook narti,, toloooooong”jerit echa, diambilnya kepalaku dan dipangkunya di atas pahanya, dengan tergopoh-gopoh mbok narti datang dari dapur, teriakan histeris kudengar dari nya... secepat kilat mereka membopongku kedalam mobil dan langsung melarikan ku ke rumah sakit. Samar-samar kulihat wajah panik dan sedih adik ku, pakaiannya penuh dengan darahku, “jangan sedihh kakak gag mau melihat wajah sedih mu, kakak hanya ingin melihat kamu tersenyum buat kakak dek”ucap ku pada adik ku. Kulihat echa menangis, air mata tak dapat ia bendung lagi. “tuhan beri aku waktu sedikit saja,, aku masih belum melihat senyuman mereka,”pinta ku dalam hati.

Ketika tiba dirumah sakit aku langsung mendapat perawatan intensif tetapi kulihat adikku pingsan ketika ingin ikut masuk ke dalam ruang ICU, namun sudah 2 jam aku di ruang ICU aku merasakan tubuhku semakin lemah. Kulihat para dokter mulai menyerah, disela-sela kesadaran ku aku tanyakan pada dokter apa yang terjadi “dok ada apa sebenarnya”, “nak, kamu menderita penyakit HEMOFILIA, penyakit langka yang menyebabkan pendarahan di kepala mu tak dapat di hentikan”ucap sang dokter dengan wajah sedih.

Tiba-tiba datang seorang suster mengatakan bahwa echa dalam keadaan darurat dan harus segera ditangani. Aku tak pernah menyangka bahwa echa mengidap penyakit LEUKIMIA stadium 3, dan satu-satu nya cara untuk menyelamatkannya hanyalah transfer sum-sum tulang belakang yang sama. Ayah dan ibu datang melihatku, mereka menggunakan pakaian steril ICU, kulihat mereka menangis, aku tak tau apakah mereka menangisi keadaan ku atau menangisi keadaan Echa. Tapi walau bagaimana pun bukan ini yang aku harap kan, dengan susah payah aku meraih tangan ibu “bu, aku tak ingin melihat ibu menangis. Aku hanya ingin melihat kalian tersenyum padaku sekali saja itu sudah cukup buat ku.

Tenang saja bu echa pasti akan selamat aku akan menyerahkan sum-sum tulang belakang ku padanya, aku tak memiliki kesempatan hidup lagi, pendarahan di kepala ku tak dapat dihentikan. Jika aku tak dapat diselamatkan maka kita masih bisa menyelamatkan echa”ucap ku lirih. Kulihat ayah tak dapat membendung air matanya sedangkan ibu menangis tersedu sedu di sampingku. “ayah ibu jika aku nantinya harus mati, aku hanya minta satu hal” ucap ku. “tidak nak,, kau takkan mati, echa juga pasti akan mendapat donor dari orang lain tenang saja ayah dan ibu akan berusaha untuk keselamatan kalian”terang ayahku. “tidak ayah,, aku sudah tidak kuat lagi,, aku hanya ingin di saat saat terakhirku aku bisa menyelamatkan saudaraku, aku mohon ayah, ibu kabulkan permohonanku”ujar ku.

Dengan tangis yang menggugu ibu dan ayah mengangguk. “aku mohon kali ini saja tersenyumlah untuk ku” ucap ku. Kulihat ayah dan ibu menangis sekuat-kuatnya, aku tak mengerti apa permohonanku ini terlalu berat untuk mereka?. Perlahan kulihat ayah dan bunda tersenyum pada ku, lalu dengan pelan ibu mendekat dan mencium keningku “maaf kan kami anakku, maaf atas perlakuan kami selama ini yang tak pernah menganggap mu bagian dari keluarga ini”ucap ibuku sambil menangis. “ ea ibu..aku senang sudah dapat melihat senyuman kalian” ujarku sambil berusaha tersenyum

*** 

Disini aku berada diruangan yang sama dengan echa, aku sudah siap menjalani operasi ini, dan bahakan aku sudah siap jika suatu saat nanti aku harus pergi. Aku sekarang sudah tenang, aku sudah mendapatkan yang aku inginkan senyuman mereka, kasih sayang mereka, dan pengakuan mereka yang telah menganggap aku sebagai anak, aku sudah sangat bahagia mendapatkan semuanya walau hanya sekejap. Operasi tersebut berhasil, aku bisa melihat Echa kembali membuka matanya sekarang, sedangkan aku bisa melihat tubuhku tersenyum dengan damainya. Ayah, Ibu, Echa terimakasih, sekarang aku bisa pergi dengan tenang, terimakasih atas kasih sayang kalian walau sekejap. Aku akan selalu mencintai kalian selamanya. THE END...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar